Rabu, 06 Januari 2010

Main Jamur Yuk !

. Rabu, 06 Januari 2010

Kita sering mendengar kata jamur digunakan tidak pada tempatnya, ehm... tidak pada bendanya. Maksudnya, hanya untuk kiasan atau peribahasa gitu lho. Contoh : bisnis wartel dulu menjamur, pertumbuhan warung tenda bak jamur di musim penghujan, banyak turis asing berjamur di pantai (ha.. yg terakhir ini plesetan). Nah, jamur yang sesungguhnya ternyata bisa jadi lahan bisnis yang mengasyikan. Yuk, kita lihat !

Awalnya saya mengetahui tentang jamur dari rekanan bikin kos-kosan. Rekan satu ini memang berasal dari keluarga jamur. Artinya, kakak beradik semuanya membudidayakan jamur. Bahkan almarhum orangtuanya adalah peneliti jamur dan sudah menghasilkan beberapa buku tentang jamur. Kisah rekan ini bisa dibaca di artikel Pengusaha Jamur.

Sekarang kisah saya. Menyaksikan perjalanan usaha rekan saya tersebut di bidang usaha jamur, saya terus terang tidak tertarik untuk ikut terjun. Saya menghitung ada beberapa kelemahan yang membuat usahanya jalan di tempat. Kadang berkembang, kadang menyurut.

Pertama, jamur mudah busuk dan di daerah saya belum ada produk olahan jamur yang cukup menonjol untuk menampung hasil panen yang berlimpah. Kedua, pasarnya masih meragukan, baik dari segi daya tampung maupun kestabilan harganya. Ketiga, pembuatan baglog jamur lumayan tinggi resiko kegagalannya. Keempat, manajemen usaha kawan saya tersebut masih lemah.

Nah, bila akhirnya saya terjun ke usaha ini bukan karena semua kelemahan di atas sudah bisa dinetralisir. Beberapa faktor memang sudah menunjukkan perbaikan. Sebagai contoh, metode pembuatan baglog sudah semakin baik dan tingkat keberhasilannya meningkat pesat ke level aman, manajemen usaha terlihat mulai ditata dengan baik khususnya dalam tatacara produksi. Dan yang terpenting, cashflownya satu tahun terakhir ini terlihat bagus.

Namun penyebab paling utama saya memasuki dunia usaha jamur dan mengikat kerjasama dengan kawan saya tersebut adalah perubahan cara pandang saya sendiri terhadap permasalahan di atas. Saya sadar bukan sedang melakukan penelitian, tapi akan berbisnis. Jika dalam penelitian saya harus memperhatikan permasalahannya dari hulu ke hilir, jika ingin terjun ke usahanya maka saya cukup fokus ke bidang yang saya pilih. Masalah sisanya biar ditangani pihak lain yang berkecimpung di dalamnya.

Saya memilih usaha pembuatan baglog jamur, dimana pasarnya adalah para petani jamur.
Masalah pasar diamankan dengan adanya ikatan perjanjian dengan suatu instansi untuk memasok kebutuhan baglognya selama 3 tahun. Kapasitas permintaan juga lumayan besar karena instansi tersebut memiliki kumbung berdaya tampung 75 ribu baglog. Bahkan saat ini kami belum mampu memenuhi kebutuhan tersebut 100%.

Selanjutnya masalah produksi. Faktor paling kritis, yaitu kegagalan baglog ditumbuhi spora jamur, akan menjadi fokus utama dalam pengendalian kualitas. Lalu perbaikan dalam cara pengangkutan untuk menghindari kerusakan bakal jamur. Dan akhirnya adalah upaya meningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi volume permintaan.

Angan-angan saya sendiri setelah pensiun dini untuk dunia perjamuran, selain program utama tersebut yang sudah berjalan, ada dua kegiatan tambahan yang masih dalam rencana. Yaitu, membuka sendiri budidaya jamur (dari baglog hingga menghasilkan jamur untuk dijual). Kebetulan ada kawan yang sudah berpengalaman di sektor ini dan siap menjadi tim kerja saya.

Rencana kedua yaitu mempelajari pengolahan pasca panen produk jamur. Misalnya : dendeng jamur, keripik jamur, dan kemungkinan produk olahan lainnya. Untuk yang ini paling gampang kelihatannya via benchmark ke daerah yang sudah punya beragam produk olahan jamur.

Itulah mimpi saya tentang jamur. Semoga saja kelak di masa pensiun dini ini saya akan banyak makan jamur sehingga masalah kolesterol saya juga bisa ikut teratasi. Ada yang berminat ?

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Usaha yg sedang ditekuni ini di ketinggian berapa DPL..???
gw tergugah lagi...untuk meneruskan tani jamur, tempat ada di ketinggian 450dpl. apakah bisa efektive her???

Moci mengatakan...

Ketinggian 450dpl gak masalah, gak jauh beda dengan tempat saya. Yang penting dijaga kelembabannya sekitar 90%(tahu kan lembab kayak apa jamur suka tumbuh di tubuh kita, hiks). Trus jamur juga sama dengan kita, suka kondisi remang-remang, hwe..he...he.

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

 
Blog Pensiun Dini is proudly powered by Blogger.com | Template by Agus Ramadhani | o-om.com